Lengkuas
Alpinia galanga (L.) Swartz Zingiberaceae
Sinonim
Alpinia pyramidata Bl., Amomum galanga Lour., Languas galanga (L.) Stunz, Marantha galanga (L.) Merr.
Nama Daerah
Sumatera: lengkueueh (Aceh), lengkueus (Gayo), kelawas, halawas (Batak), lakuwe (Nias), lengkuas (Melayu), lengkuweh (Minang), lawas (Lampung); Madura: laos (Madura); Kalimantan: langkuas (Banjar); Bali: kalawasan, laja, lahwas, isem (Bali); Nusa Tenggara: langkuwas (Roti); Sulawesi: laja, langkuwasa (Makasar), aliku (Bugis), lingkuwas (Manado), lingkui (Gorontalo); Maluku: lawase (Seram), kourola (Amahai), laawasi, lawasi (Alfuru), galiasa (Halmahera), lauwasel (Saparua), galiasa (Ternate), logoase (Buru)
Nama Asing
Chewing john (Amerika), Java galangal (Inggris)
Pertelaan
Perawakan terna tahunan berbatang semu, tumbuh tegak, tinggi 1-3 m, batang muda tumbuh dari tunas diantara ruas rimpang yang sudah tua, rimpang berserat kuat, jika diiris berwarna putih kemerahan. Daun tunggal, letak daun berseling, pelepah daun berkumpul membentuk batang semu, ujung pelepah daun berbulu halus, panjang tangkai daun 1-1,5 cm. Helaian daun berbentuk lonjong sampai lanset, panjang 24 47 cm, lebar 3,5-11,5 cm, ujung runcing tidak simetris sampai meruncing pendek, berbulu atau tidak berbulu, tepi helaian rata berwarna putih transparan, permukaan atas hijau tua (buram), bagian permukaan bawah hijau muda, pertulangan daun menyirip. Perbungaan berupa bunga majemuk berbentuk tandan, di ujung batang, tegak, keseluruhan tandan bunga berbentuk piramida memanjang, ibu tangkai bunga panjang dan ramping, jumlah bunga setiap cabang bawah 3-6 bunga, cabang atas 1-2 bunga. Kelopak bunga berbentuk lonceng atau corong, agak lebar, panjang sampai 12 mm, terdapat daun pelindung tambahan, berbentuk lanset, tajam, tipis hampir tidak berbulu, daun pelindung semakin keatas semakin sempit. Mahkota bunga yang masih kuncup pada bagian ujungnya berwarna putih, panjang sampai 2 cm. Benang sari berjumlah 6 buah, 5 benang sari berubah menjadi lembaran yang berwarna dan menarik, berbentuk joronng, panjang 2,5 cm, bergerigi tidak beraturan sepanjang pinggiran, tidak berambut, di bagian bawah berwarna hijau dan di bagian atas putih bergaris merah, 1 benang sari bersifat fertil, membesar, kepala putik berbentuk piramida terbalik, bakal buah lonjong, berambut halus, panjang 2-3 mm. Buah berbentuk elip, ditutupi oleh kelopak yang tidak gugur, berwarna merah anggur, berisi 4-5 biji, pipih, panjang 5-6 mm.
Keanekaragaman
Ada beberapa varietas yang ditanam dan tumbuh liar, lengkuas putih dengan bagian tanaman yang lebih besar dari varietas lainnya. Lengkuas merah mempunyai rimpang berwarna merah, bentuk dan rumpunnya lebih kecil dari lengkuas putih).
Penyebaran
Tumbuh di seluruh Indonesia, Asia Tenggara, dibawah kaki pegunungan Himalaya sebelah timur hingga laut Cina dan India baratdaya di antara Chats dan Lautan Indonesia. Di Jawa tumbuh liar di hutan, semak belukar, umumnya ditanam ditempat yang terbuka sampai ditempat yang agak terlindung. Tumbuh hingga ketinggian hingga 1200 m dpl.
Budidaya
Lengkuas diperbanyak dengan rimpang yang telah bertunas atau dengan sobekan anakan rimpang. Tanah untuk budidaya harus gembur, mudah diolah, cukup subur dan banyak mengandung humus. Umumnya tidak tahan terhadap keadaan tanah yang banyak mengandung air atau tergenang. Iklim yang dikehendaki adalah iklim panas dengan curah hujan 1500–1700 mm setahun. engolahan tanah dengan mencangkul dua kali, membersihkan gulma dan membuat alur atau lubang tanam 7,5–10 cm untuk meletakkan stek rimpang. Jarak tanam antara barisan 60–90 cm, dalam barisan 30–60 cm. Waktu tanam pada musim hujan. Setelah 1-2 minggu tunas tumbuh, dan setelah berumur 1 bulan tanaman disiang sambil ditimbun sedikit, penyiangan diulang pada umur 2 bulan. Panen dilakukan pada umur 6-10 bulan, agar didapat rimpang yang muda dan belum banyak serat. Cara panen dengan mencabut tanaman, rimpang dipisahkan dari batang, dicuci lalu dipotong potong dan dikeringkan. Hama dan penyakit: ulat pemakan daun Kerana diocles dan Udaspes sering menimbulkan kerusakan.
Bagian tanaman yang digunakan Rimpang
Kandungan kimia
Minyak atsiri lebih kurang 1% mengandung kamfer, sineol, dan asam metil sinamat sedangkan minyak atsiri yang lain, 1,8-sineol, linalool, sedrol, eugenol limonene a-pinen, 6-pinen a-fenkil asetat. Untuk kandungan kimia yang dapat berfungsi sebagai anti jamur yakni 1-Asetoksikavikol asetat.
Penggunaan
Peluruh kentut, antijamur, sakit perut, dan malaria.
Efek farmakologi
Bagian yang dapat menguap dari ekstrak bonggol lengkuas merangsang secara langsung kelenjar bronkial, sedangkan bagian yang tidak menguap bekerja secara refleks melalui mukosa lambung. Ekstrak alkohol lengkuas menyebabkan efek hipotermia pada mencit. Ekstrak ini juga mengadakan potensiasi intoksikasi amfetamin pada mencit. Minyak atsiri lengkuas menghambat pertumbuhan Micobacterium tuberculosis dalam konsentrasi 25 mg/mL dan gram negatif dalam konsentrasi 0,4-0,6 mg/ml. LDs, minyak atsiri ini pada marmut adalah 0,068 mL/100 g bb14)
Aktivitas antimikroba rimpang lengkuas diperoleh dari senyawa diterpen, yaitu (E)-8, 12-labdienal 5,16-dial yang mempunyai KHM 25 ug/mL dan (E)-8b, 17 epoksilabd-12-ena-15,16-dial yang mempunyai KHM 12,5-25 ug/mL terhadap Candida albicans, C. gueilliermondii, C. tropicals, C. utilitis. Senyawa yang terakhir dalam percobaan in vitro bekerja secara sinergis dengan calkon melawan C. albicans.
Aktivitas anti jamur senyawa ini dihambat oleh asam lemak tak jenuh. Senyawa ini bekerja dengan cara melisiskan protoplas dari C. albicans. Suatu hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas anti jamur senyawa diterpen lengkuas berhubungan dengan perubahan permeabilitas membran yang ditimbulkan dari membran pada lapisan lipida, sedangkan senyawa diterpen lain (yaitu galangal A dan B) ternyata menunjukkan aktivitas sitotoksik yang kuat pada percobaan menggunakan KB cells.
Infusa serbuk lengkuas 34% berefek fungistatik dan pada konsentrasi 35% berefek fungisid terhadap Trichophyton metagraphytes sedangkan terhadap Trichopyton rubrum efek fungisitik pada konsentrasi 34% dan fungistatik pada 34,8%.
Minyak atsiri yang diisolasi dari rimpang laos berefek terhadap Staphylococcus aureus in vitro. Kenaikan kadar minyak lengkuas juga diikuti kenaikan efek antibakterinya.
Perasan pekat dan encer laos merah dan lengkuas putih yang telah disterilkan, diuji terhadap jamur Microsporum gypseum dan Epidermophyton flocosum dengan metode Silinder. Larutan asam propionat 2,5 dan 10% digunakan sebagai larutan standar. Perasan pekat dan encer laos putih mempunyai efek anti jamur terhadap M. gypseum. Perasan lengkuas merah pekat mempunyai efek terhadap jamur E. flocosum sedangkan perasan lengkuas yang encer tidak memiliki efek antijamur.
Menurut hasil penelitian efek bakteriologik dan mikologik dari rimpang lengkuas terhadap Staphylococcus aureus, Salmonela typhi dan jamur Microsporum gypseum bahwasanya (a) dalam keadaan segar daya menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur uji cukup bermakna ; daya hambat lengkuas merah terhadap S. aureus lebih nyata dibandingkan lengkuas putih. (b) dalam keadaan kering daya menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur uji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, tetapi dengan penambahan asam cuka memperlihatkan daya hambat yang besar (c) dari hasil pengukuran daerah hambat terhadap kedua bakteri uji, ternyata lengkuas segar menunjukkan daerah hambat yang lebih besar dibandingkan yang kering.
Selanjutnya pengaruh infus lengkuas terhadap waktu induksi tidur dan waktu tidur diuji pada mencit Swiss Webster. Dosis yang diberikan adalah 500, 1000, 2000 dan 3000 mg/kg bb dengan pembanding fenobarbital natrium dosis 30 mg/kg bb. Hasilnya bahwa infus lengkuas dosis 500, 1000 dan 2000 mg/kg bb memberi efek perpanjangan waktu tidur dan dosis 1000 mg/kg bb juga menunjukkan efek perpanjangan waktu induksi tidur
Indikasi
Antimikroba dan antijamur.
Kontra Indikasi
Belum terdokumentasi.
Peringatan
Belum terdokumentasi.
Efek yang tidak diinginkan
Belum terdokumentasi.
Toksisitas
Untuk penelitian toksisitas akut terhadap hewan coba rimpang lengkuas menunjukkan tidak adanya toksisitas dan kematian pada dosis sampai 3 g/kg bb 15). Dalam bentuk infusa rimpang lengkuas mempunyai nilai LD s. 6190 (5550-6900) mg/kg bb mencit. Bahan diberikan secara intraperitoneal dan apabila diekstrapolasi ke tikus dengan pemberian secara oral berdasarkan kriteria Gleason MN infusa lengkuas termasuk bahan yang praktis tidak beracun.
Penyimpanan
Simplisia lengkuas disimpan dalam wadah yang tertutup dan kedap air, dalam ruangan yang bersih, kering dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Contoh formula:
Demam
R/ Rimpang lengkuas merah 20g
Air hangat 100 mL
Madu 15 mL
Cara pembuatan dan penggunaan: Rimpang lengkuas diparut, tambahan air matang hangat, diperas dan disaring kemudian ditambah madu, diminum 1 kali sehari 1 ramuan, dan diulang selama 4 hari.
Kolera
R/ Lengkuas merah 10g
Bawang putih 5g
Garam 1g
Air 100 mL
Cara pembuatan dan penggunaan: Dibuat infusa, diminum 1 kali sehari 100 ml, diulang selama 3 hari.
Membersihkan darah dan mengobati kurap:
R1/ Rimpang muda lengkuas merah, dibuat sayur atau lalap, dimakan sebagai sayur atau lalap
R2/ Lengkuas 30g
Bawang putih 5g
Cuka 5ml
Air 110ml
Cara pembuatan dan penggunaan: Lengkuas dan bawang putih ditumbuk halus ditambahkan cuka dan air, dioleskan pada bagian yang terserang kurap
Panu
R/ Lengkuas merah 20 g
Cuka 15 mL
Cara pembuatan dan penggunaan: Bagian ujung lengkuas dipukul-pukul hingga berserabut seperti kuas kemudian dimasukkan ke dalam cuka, digosokkan pada kulit yang ada panunya.
Tapal setelah melahirkan
R/ Lengkuas merah 100g
Tepung beras merah 20g
Daun trawas 5g
Lempuyang pahit 10g
Lempuyang wangi 10g
Jahe 10g
Arak dan air 50 mL
Cara pembuatan dan penggunaan: Semua bahan diserbuk kemudian diencerkan dengan arak dan air, dibobokkan pada perut lalu ditutup dengan gurita (corset).
Sumber: Vademekum Tanaman Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid 1 (Edisi Revisi)
Kementerian Kesehatan RI 2012
0 Response to "Lengkuas Alpinia galanga (L.) Swartz Zingiberaceae"
Posting Komentar